I used to hate running. Sumpah dulu saya benci banget sama lari. Menurut saya, lari itu salah satu olahraga yang memiliki tingkat kebosanan paling tinggi. Saya ingat betapa sulitnya memulai lima kilometer pertama saya. Saya nyaris pingsan di tiga kilometer awal, tapi saya kepalang malu sama teman yang ikut nemenin saya lari. Setelah saya menyelesaikan lari pertama saya, saya puasa lari dua bulan karena saya kapok sama rasa sakit di semua badan saya.
Saya memulai kilometer selanjutnya dua bulan kemudian. Saya meng-install aplikasi lari di HP, dan ternyata itu jadi salah satu hal yang membuat saya menikmati olahraga lari. Saya yang pada dasarnya anaknya cukup kompetitif ini harus belajar untuk mengalahkan diri sendiri. Saya harus melawan personal best dan berusaha punya record yang lebih bagus dibandingin sebelumnya. Akhirnya, di tengah rasa malas dan deadline kerjaan di sana-sini, saya mencoba konsisten untuk selalu berlari.
Sebelumnya, mungkin saya harus kenalan dulu. Saya Ilfa, seorang konsultan property berusia 28 tahun yang cinta sama olahraga lari. Kilometer pertama saya dimulai di November 2014. Saya menghadiahi diri saya sepatu Nike Zoom Structure 19 yang waktu itu dipake sama idola saya dari jaman remaja, Sigi Wimala. Itu bener-bener sepatu lari pertama dan saya nggak pernah ngerti soal pemilihan ukuran yang pas, model insole atau outsole, atau bahkan jenis kaki yang cocok buat sepatu lari. Alasan saya beli sepatu lari cuman satu: saya mau mulai lari dan sepatunya harus keliatan bagus kalau dipakai. Iya saya tau, alesannya emang cheesy banget.
Udah cerita lama kalau kerjaan saya bisa menyita hampir 2/3 waktu di hidup saya. Tapi saya sebisa mungkin nyempetin bawa apparel dan lari di jam pulang kantor. Sepatu dan baju olahraga juga jadi barang yang nggak boleh skip dimasukin kalau saya ada tugas ke luar kota. Saya salut sama diri saya sendiri, karena pada dasarnya saya ini pemalas banget. Dulu menurut saya, nonton Doraemon sambil sarapan nasi uduk di Minggu pagi jauh lebih menyenangkan dibandingkan bangun subuh-subuh, nyetir ke CFD Sudirman, terus ketemu temen dan berlari.
Sesungguhnya, saya bukan pelari kencang atau pelari ambisius. Saya hanya pelari kantoran yang sebisa mungkin konsisten untuk berlari setidaknya tiga kali dalam seminggu. Kilometer saya masih jauh di bawah orang-orang, pace saya juga masih bisa dibilang lambat. Tapi satu hal yang coba saya yakini, saya mencoba untuk konsisten berlari di padatnya semua jadwal deadline saya. Menurut saya, berlari merupakan salah satu cara untuk self-healing. Saya menikmati banget moment berlari, menikmati tiap kilometer yang terkumpul dari tiap langkah saya, menikmati rasa capek dan bahkan nafas yang nyaris habis, dan yang paling penting, saya menikmati banget endorphin’s effect yang muncul pasca lari. Saya bisa duduk nggak berdaya dengan perasaan kayak orang giting: senyum-senyum nggak jelas ke sport watch dan nggak percaya saya bisa lari secepat atau sejauh itu.
Berlari membuat saya belajar untuk gaya hidup lebih sehat. Saya hobi banget begadang. Saya biasa tidur jam dua atau jam tiga pagi kalau weekend dan bangun di jam sepuluh siang. Setengah hari Minggu saya habis karena tidur. Tapi semenjak lari, saya jadi tidur jauh lebih awal, bangun di minggu pagi, dan menikmati hari minggu yang terasa dua kali lebih panjang.
Banyak banget PR yang harus saya lakukan dalam berlari ini. Form lari saya juga masih jauh dari sempurna. Tapi satu hal yang saya selalu yakini, berlari ini merupakan satu-satunya olahraga ataupun kegiatan yang membuat saya dengan pasrah dan rela untuk mengubah gaya hidup saya. Tidak signifikan, tapi perlahan tapi pasti. Saya rela untuk nggak tidur terlalu larut karena saya harus lari pagi. Saya rela untuk mengurangi beberapa makanan nggak penting. Saya rela untuk membaca beberapa referensi berlari yang pastinya jauh lebih berguna dibanginin saya harus buka portal gossip artis yang faedahnya nggak pernah ada. Saya suka amazing karena berlari bisa mengubah beberapa gaya hidup saya yang awalnya jauh dari kata sehat dan sempurna.
Jadi sebenernya inti dari tulisan ini ialah, sepadat apapun kerjaan kita, nggak ada salahnya untuk mencoba kilometer pertama kalian. Awalnya emang berat, tapi nggak ada salahnya mencoba suatu hal yang pastinya ngasih impact baik ke tubuh kita sendiri. Ambil sepatumu dan rasakan kilometer pertamamu. Saya jamin, lama-lama kalian pasti ketagihan.
Selamat berlari!
Pelari kantoran,
@ilfahabib
Kontributor: We Run JKT Komunitas
Komunitas pelari We Run JKT dari Jakarta.